Call Centre-Mahsun Ismail: 0819-392-00101

Sejarah Dasar Pemikiran


Pemuda sebagai generasi penerus bangsa juga penerus peradaban. Keberadaan kaum muda dalam rentang sejarahnya selalu berada dalam garda depan dalam setiap perubahan bangsa dan peradaban. Hal tersebut didasari kepada semangat juang membara yang mengalir dalam diri para pemuda untuk terlibat dalam konstelasi sejarah bangsa dan peradabannya.

Persoalan terjadinya degradasi moral yang melanda sebagian besar pemuda sekarangnya ini kadangkala lebih didasari pada sebuah persoalan timbulnya gaya hidup yang ada disekitarnya. Dalam masyarakat perkotaan lebih dengan budaya hedonisme. Budaya hedonisme yang belakangan menjadi identitas baru dalam dunia pemuda perlahan mulai menggeser identitas lokal yang menjadi identitas diri sebagai anak bangsa. Kehidupan pemuda lebih banyak dihabiskan untuk hal-hal yang cenderung kurang bermafaat; timezone, games, dugem, tawuran dan lainnya yang sebenarnya menjauhkan diri dari akar sosialnya. Sedangkan dalam masyarakat pedesaan (perkampungnya) lebih didasari bengkaknya keputus asaan dalam mengakses pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan. Disamping itu juga adanya abrasi budaya perkotaan yang secara perlahan sudah mulai memasuki budaya perkampungan; dan biasanya hal-hal yang bersifat negatif.

Implikasi dari persoalan diatas disadari atau tidak, akan menyebabkan timbulnya rasa tidak acuh terhadap diri, bangsa dan alam sekitanya. Terlebih globalisasi mempercepat arus perubahan multimensi. Globalisasi sudah merambahkan pada sector telekomunikasi, politik, social, ekonomi, budaya dan lainnya. Mengimpor hal-hal yang bersifat asing dan dianggap modern secara perlahan menghisap alam bawah sadar dan adanya filterisasi terlebih dahulu. Seakan penjajahan secara halus inilah yang paling sempurna menyelami kematian secara sadar. Ciri dari globalisasi merupakan volume pergerakan modal yang lebih besar. Modal seperti yang diungkakan Pierre Bourdieu bukan selalu hal yang berbentuk ekonomi (uang) melainkan juga modal kekuasa, social dan budaya. Meminjam teori Habitus yang disampaikan Bourdieu maka Habitus sebagai sebuah bentuk gambaran tentang sigmentasi dan ruang didalam masyarakat maka globalisasi mampu memproduksi segala bentuk macam habitus baru. Meski dalam pembetukannya tetap saja dipengaru oleh aksi, situasi maupun praktek yang mengikutinya.

Maka untuk mengatasi hal tersebut keterlibatan semua pihak atas terjaganya moral dan mentalitas para generasi muda (pemuda) merupakan sebuah keniscayaan agar nilai luhur agama, bangsa dan budaya lokal senantiasa terjaga. Berangkat dari sinilah maka kami sebagai anak kampung yang barangkali dianggap kelas nomor dua dalam masyarakat modern. Berinisatif untuk bisa berkontribusi untuk pembangunan umat dan bangsa lewat pembangunan yang diawali dari kampung.

Pembangunan ini dimulai dengan menghimpun para pemuda dalam sebuah organisasi yang kami namakan “Pemuda Kampung Diaspora”. Organisasi ini terdiri dari pemuda kampung yang melakukan diaspora kedalam berbagai sector meliputi Pedagang, Petani, Buruh, TKI/TKW, Mahasiswa, pelajar, Ustadz, Kyai, Santri dan lainnya yang mempunyai keyakinan dan impian untuk membangun kampung. Selain itu, organisasi ini diharapkan menjadi gerakan yang akhirnya pemuda kampung dapat berkontribusi dalam pembangunan kampung, masyarakat dan bangsanya dimanapun dia berada. Dari kampung untuk kampung. Kenali kampungmu, bangun kampungmu! 

0 komentar:

Footer Logo

PKD office

Jl. Jalinan Tengah Bangkes Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan Madura-Jatim.

(Rumah H. Syamsul Arifin Dahri)
Copyright © 2013 PKD Pamekasan and Blogger Templates - Anime Music.